Kuta dan Malam
Lamat-lamat kutimbun kenangan yang pernah kita tumbuh-rawatkan, mengubur semua dalam rongsokan kata, dan tak lupa melengkapinya dengan nisan bertuliskan: "aku, antara, kau. bukan kita". Bukan perkara sederhana untukku. Kau tahu? Semakin aku menimbunnya, semakin pula ia menjulang tinggi, seakan aku menimbunnya dengan pupuk. Di antara semua buah yang muncul dari pohon kenangan itu, ada satu yang muncul dengan cahaya mengkilap dan aroma manis lembut, yang menggodaku untuk mencicipinya kembali. Ingatkah kau? Kali pertama aku mengajakmu ke pantai Kuta saat itu, "Untuk apa?" tanyamu. "Lihat saja nanti" kataku. Tentu saja kau akan bertanya begitu, asing bagimu bila harus ke pantai pukul 9 malam. Gelap dan sepi kah yang kau bayangkan waktu itu? Sepanjang jalan tanya dari mulut manismu tak ada habisnya, perihal apa dan mengapa harus ke pantai jam segini, aku, ya, diam saja. Nanti kamu juga tahu. Setibanya di pantai pun, tak hentinya kau bertanya